Muhammad Raynan Rizky Akbar

pendiri aktivis indonesia (NGO)

profil singkat.

Muhammad Raynan Rizky Akbar adalah seorang pemuda yang lahir pada tanggal 9 April 2005, di Kota Malang, Jawa Timur Indonesia. Saat ini ia sedang menjalani pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan sedang aktif menjabat sebagai Menteri Aksi Kajian dan Propaganda BEM FK UB.

pergerakan.

pada 1 desember 2023 Raynan mendirikan sebuah Non-Governmental Organization (NGO) Aktivis Indonesia yang bertujuan untuk menjadi sebuah wadah independen yang berfokus pada penyampaian aspirasi masyarakat serta masifikasi isu-isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang relevan dengan kepentingan publik.

apa pentingnya?

pergerakan mahasiswa menjadi sangat penting karena ia menjadi napas segar bagi perubahan sosial, suara jernih yang lahir dari keberanian, kecerdasan, dan kepedulian. Di tangan mahasiswa, idealisme tidak hanya menjadi gagasan, tetapi menjelma menjadi kekuatan moral yang mampu menggugah nurani banyak orang. Ketika struktur besar kadang berjalan lambat atau abai, mahasiswa hadir sebagai pengingat bahwa keadilan harus ditegakkan dan kemanusiaan dijunjung tinggi. Pergerakan mereka adalah denyut harapan, menjaga agar demokrasi tidak kehilangan arah, serta memastikan bahwa masa depan tetap ditata dengan keberpihakan pada kebenaran dan masyarakat luas.lebih dari itu, pergerakan mahasiswa juga menjadi ruang pembelajaran paling nyata tentang tanggung jawab sebagai warga negara. Di dalamnya, mahasiswa ditempa untuk berpikir kritis, berani berdiri di garis depan, dan belajar merawat solidaritas lintas perbedaan. Setiap aksi, diskusi, dan advokasi yang mereka lakukan adalah jejak kecil yang perlahan membentuk budaya politik yang lebih sehat dan beradab. Dengan keberanian untuk bersuara dan ketulusan untuk memperbaiki keadaan, mahasiswa tidak hanya memperjuangkan perubahan hari ini, tetapi juga menanam benih masa depan yang lebih adil bagi generasi setelahnya.

banyak yang perlu dibenahi.

di tengah dinamika bangsa, masih terlihat ketimpangan yang mencolok, kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak pada rakyat, birokrasi yang lamban, serta budaya kritis yang belum merata. Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa perjuangan tidak berhenti hanya pada suara lantang, tetapi juga pada upaya berkelanjutan untuk memperbaiki sistem, memperkuat etika publik, dan menanamkan nilai integritas di setiap ruang kehidupan. Justru dalam celah-celah kekurangan itulah lahir kesempatan untuk bergerak lebih jauh dan memastikan bahwa harapan tidak dibiarkan berhenti di tengah jalan.